Insyaallah masih rutin mengaji. Sendiri atau bersama-sama. Masih menyimak pengajian Ihya Ulumuddin yang diampu Gus Ulil….

Utas kalimat di atas, adalah pengakuan Ning Willawati sebagai seorang santri. Di tengah kepadatannya menata bisnis, ia memastikan dirinya tetap merawat tradisi pesantren.

Kerap ia katakan, yang mendorong dirinya menyemai karir, melulu dipantik oleh hobi seperti Kaninga Pictures dan Bukanagara Coffee & Roastery.

Kaninga Pictures di tahun 2020 sudah memproduksi setidaknya 12 film, tepat 3 tahun di usianya. Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak adalah salah satu filmnya yang meraih Piala Citra, masuk festival Film Cannes, dan sempat lolos seleksi piala Oscar. Di luar itu, ada banyak lainnya, seperti Bid’ah Cinta.

Beberapa tahun yang lalu, saat dirinya bersama suami berada di LA, lidahnya seperti menolak kopi yang ditelannya. Rasa kopi yang asing, tidak seperti rasa kopi yang biasa ia dapatkan dari kopi-kopi merek kopi tertentu.

“Sekitar empat tahun lalu, saya ke LA karena suami saya suka pameran alat music di sana, di mana kita selalu ngopi di sana, tapi kopinya kok nggak enak, tidak seperti kopi merek-merek tertentu yang ternama,” ujuarnya dikutip dari eksposisinews.com.

Bukanagara Coffe lahir dari kegetiran rasa kopi yang ia minumnya waktu itu. Di depan Dolby Theatre, persis di sebelahnya Hardrock, bisnis kopi dengan space kecil ia mulai.

Saat Bukanagara Coffee dihelat bersama putra Gus Mus, Mas Ova, keduanya sepakat untuk mendesain kedai kopi yang bagus, mesin dan keramiknya dipilihnya yang apik, hingga pantang berjejer dengan kedai-kedai kopi ternama lainnya.

“Justeru itu tantangannya dan kita harus fair untuk berani head to head dengan mereka, kita percaya kualitas kopi terbaik, bahkan pasokan kopi dari kita, sudah saatnya kopi kita masuk ke industri dan berani bersaing,” lanjutnya.

Kedai kopi ini dibangun dengan konsep Indonesia bercorak modern. Bagaimana mengenali jenis kopi, meracik hingga menghidangkannya ke para tamu, ia habiskan waktu untuk survei ke beberapa negara seperti Jepang hingga Amerika.

Kaninga Pictures dan Bukanagara Coffee rupanya bukan 2 entitas bisnis terakhir ditekuninya. Termasuk batik, juga makanan menjadi bagian kisah dunia bisnisnya.

“Seoran Guru dan sahabat pernah mengatakan, jenis usaha yang eksis ke depan adalah food, property and kids. Maka saya ambil makanan ini. Salah satunya, minuman prebiotic Yoyic dari China. Pabriknya di Bekasi, sudah ada lebih dari 2000 outlet,” ujarnya.

Dikutip dari sebuah wawancara bertajuk Santriwati Pengusaha, dirinya mengaku bahwa tempat belajar pertamanya di dunia bisnis adalah pesantren. Perusahaan pertama yang dirintis adalah PT TWIQ Teknologi Informasi, singkatan dari Tebuireng Willa Irfan Luqman

“Guru pertama saya orang pesantren. Pertama saya belajar bisnis dari Gus Irfan Yusuf dan Kiai Luqman Hakim Tebuireng,” tandas Alumnus Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur ini.

*Edisi Memperingati Hari Santri 2022

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *